Setiap anak wajib untuk berbakti dan menjaga adab terhadap orang tua. Sebab, islam telah menetapkan kedudukan yang agung bagi orang tua atas anaknya. Ketika seorang anak menelantarkan adab-adab tersebut, dia dianggap durhaka kepada kedua orang tua.
Banyak ayat di dalam Al-Quran dan maupun keterangan langsung dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang menghasung untuk berbakti kepada kedua orang tua, menjaga adab dan tidak berlaku durhaka kepada keduanya.
Di antara ayat Al-Quran yang menyebutkan tentang hal tersebut adalah firman Allah Azza Wa Jalla :
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang tuamu, hanya kepada-Ku kembalimu.” (Surah Luqman : 14).
Di dalam ayat di atas, Allah Ta’ala dengan tegas memerintahkan kepada setiap anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya, yaitu kepada ayah dan ibunya. Tentunya termasuk berbakti di sini adalah menjaga perilaku dan adab terhadap orang tua.
Allah Azza Wa Jalla juga menggambarkan di dalam hadits tersebut penderitaan seorang ibu, di mana dia mengandung anaknya dengan menahan dan menanggung beban yang berat. Setelah dilahirkan, beban tidak berkurang sama sekali karena seorang ibu masih harus menyapih/menyusui anaknya selama dua tahun.
Penyebutan menyapih selama dua tahun ini berdasarkan keumuman waktu menyapih atau menyusui. Bisa saja ada seorang ibu yang menyusui kurang atau lebih dari 2 tahun.
Meskipun dalam ayat ini tidak disebutkan secara khusus tentang keutamaan seorang ayah, namun banyak hadits-hadits yang menyebutkannya. Mengapa tidak? Seorang ayah bekerja keras dan membanting tulang setiap hari untuk mencari penghidupan bagi istri dan anak-anaknya.
Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan untuk bersyukur kepada Allah Ta’ala dan bersyukur kepada kedua orang tua. Allah juga menegaskan bahwa setiap orang akan kembali kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam kehidupan dunia.
Inilah Bimbingan Islam Seputar Adab Terhadap Orang Tua
Banyak sekali bimbingan islam terkait adab terhadap orang tua. Sangat penting bagi seorang anak untuk mengetahuinya, sehingga dia bisa menjaga adab-adab tersebut.
1. Bersyukur Kepada Kedua Orang Tua
Kedua orang tua memiliki jasa yang sangat besar atas seorang anak. Bagaimana tidak, keberadaannya di muka bumi ini disebabkan kedua orang tuanya.
Ketika dia sudah dikandung oleh ibunya, maka sang ibu menanggung beban dan penderitaan yang berat selama dia berada di dalam kandungan. Selama itu pula, sang ayah bekerja keras membanting tulang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayinya.
Ketika si anak hendak lahir, sang ibu merasakan penderitaan yang luar biasa besar ketika melahirkannya. Bahkan, sang ibu bertaruh nyawa hanya untuk melahirkan anaknya, sehingga sang anak bisa hadir ke dunia.
Setelah dia lahir, kedua orang tua tetap harus berjuang untuk merawat dan membesarkannya. Ketika sudah besar, kedua orang tua berjuang untuk mendidiknya agar bisa menjadi manusia yang berguna, taat kepada syariat Allah Azza Wa Jalla.
Kewajiban seorang anak untuk bersyukur atas kebaikan kedua orang tuanya disebutkan dalam surah Luqman : 14 yang telah disebutkan dan dijelaskan di atas.
Abdullah bin Umar Radhiallahu Anhuma pernah ditanya oleh seorang lelaki dari Yaman yang melakukan thawaf sambil menggendong ibunya, apakah dia sudah membayar kebaikan ibunya dengan melakukan hal tersebut? Maka ibnu Umar Radhiallahu Anhuma menjawab :
لا، ولا بزفرةٍ واحدة
“Tidak, walaupun cuma satu zafrah.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrod, hadits no.11 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani Rahimahullah).
Abdullah bin Umar Radhiallahu Anhuma menyebutkan dengan tegas sebagaimana riwayat di atas bahwa seorang anak tidak akan bisa membalas jasa seorang ibu, bahkan walaupun sekedar membayar zafrah, yaitu tarikan dan hembusan nafasnya ketika melahirkan.
2. Bersikap dan Berbicara dengan Lemah Lembut
Salah satu adab terhadap orang tua dan merupakan bakti kepada keduanya adalah bersikap lemah lembut dan sopan ketika berbicara kepada keduanya. Tidak menyamakan sikap dan cara berbicara kepada kedua orang tua dengan sikap dan cara berbicara kepada teman.
Allah Azza Wa Jalla berfirman dalam Al-Quran surah Al-Isra’ ayat 23 :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Surah Al-Isra’ : 23)
Di dalam ayat ini Allah Azza Wa Jalla memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua. Dengan tegas Allah Azza Wa Jalla melarang untuk membentak kedua orang tua. Jangankan membentak, mengucapkan kata ‘ah’ saja kepada keduanya dilarang, maka bagaimana lagi dengan kata-kata kotor maupun kasar lainnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga memerintahkan untuk mengucapkan ‘qaulan kariiman’. Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh Rahimahullah menyebutkan bahwa makna ‘qaulan kariiman’ adalah ucapan yang lembut dan baik (yang disampaikan) dengan penuh adab dan penghormatan. (Lihat Kitab Fathul Majid hal.30, cetakan Darul Fikr).
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bertanya kepada seorang lelaki “Apakah ayah dan ibumu masih hidup?’ Kemudian lelaki itu menjawab bahwa ibunya yang masih hidup. Maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda kepadanya ;
فوالله، لو ألَنْتَ لها الكلام وأطعمتَها الطعام، لتدخُلَنَّ الجنة ما اجتنبت الكبائر
“Maka demi Allah, seandainya engkau berbicara dengan lemah lembut kepadanya dan memberikannya makan, niscaya engkau akan masuk ke dalam surga, selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrod, hadits no.8 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani Rahimahullah).
3. Melayani Kedua Orang Tua
Termasuk adab terhadap orang tua dan bakti kepada kedua adalah melayani segala keperluan mereka. Terlebih lagi ketika ayah dan ibu atau salah satu dari keduanya sudah lanjut usia dalam keadaan sang anak sudah dewasa.
Ketika mereka sudah lanjut usia, tidak banyak yang bisa mereka lakukan. Oleh karena itu, merupakan kewajiban bagi seorang anak untuk mengurus kedua orang tuanya dan melayani kebutuhan-kebutuhan pokok mereka.
Disebutkan dalam sebuah hadits, seorang lelaki yang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan meminta agar diizinkan untuk berjihad. Maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bertanya kepadanya :
أحَيٌّ وَالِدَاكَ؟ قالَ: نَعَمْ، قالَ: فَفِيهِما فَجَاهِدْ
“’Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia menjawab ‘iya.’ Maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda ‘Maka pada keduanya hendaknya engkau berjihad’.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari [3004] dan Muslim [2549]).
4. Tidak Memanggil Orang Tua dengan Namanya
Salah satu kebiasaan buruk dan adab terhadap orang tua yang sangat jelek yaitu memanggil kedua orang tua dengan dengan namanya. Kebiasaan buruk ini banyak terjadi di kalangan orang-orang Barat dan Eropa, yang notabene merupakan orang-orang kafir.
Hendaknya seorang anak memanggil kedua orang tuanya dengan kedudukan mereka sebagai ayah dan ibu. Misalnya ‘Wahai ayah’ ‘Wahai ibu’ atau menggunakan bahasa daerah masing-masing yang menunjukkan makna ayah dan ibu.
Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, bahwa beliau melihat dua orang laki-laki. Beliau bertanya kepada salah satu dari keduanya ‘Apa kedudukan orang ini terhadapmu?’ Dia menjawab ‘Ayahku’ Maka Abu Hurairah berkata ‘Jangan engkau panggil dengan namanya, jangan engkau berjalan di depannya, dan jangan engkau duduk sebelum dia’.” (Al-Adabul Mufrad no.44 dan Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani Rahimahullah.)
5. Tidak Menyebabkan Kedua Orang Tua Dicela
Salah satu adab terhadap orang tua dan merupakan hal yang harus diperhatikan seorang anak yaitu tidak menyebabkan kedua orang tuanya dilaknat dan dicela. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Hadits di bawah ini bisa memberikan gambaran bagi Anda :
عن عبدالله بن عمرو رضي الله عنهما، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إن مِن أكبر الكبائر أن يلعَن الرجلُ والدَيْه))، قيل: يا رسول الله، وكيف يلعن الرجل والديه؟! قال: يسبُّ الرجلُ أبا الرجل؛ فيسبُّ أباه ويسب أمه
“Dari Abdullah bin Amr Radhiallahu Anhuma, dia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : ‘Termasuk dosa besar seseorang melaknat kedua orang tuanya.’ Beliau ditanya ‘Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang melaknat kedua orang tuanya?!’ Beliau menjawab ‘Seseorang mencela ayah orang lain, lalu orang tersebut balas mencela ayah dan ibunya’.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari [5973] dan Muslim [90]).
Demikianlah penjelasan mengenai adab-adab terhadap orang tua yang hendaknya dipahami dan diamalkan seorang anak. Selain dari adab-adab di atas, tentu saja masih banyak lagi adab-adab lainnya yang tidak sempat disebutkan kali ini.