Keutamaan Bersabar dan Bersyukur dalam Islam

Bersabar dan Bersyukur

Bersabar dan bersyukur merupakan dua sifat yang mulia di dalam islam. Dengan bersabar, seorang hamba bisa menjalani ujian betapapun beratnya. Selain itu, kesabaran juga merupakan tanda ketundukan seorang hamba terhadap ketetapan dan ketentuan dari Rabb-nya.

Di sisi lain, bersyukur merupakan tanda kebahagiaan dan kelapangan dada seorang hamba atas nikmat yang diberikan kepadanya. Dengan begitu, seorang hamba mampu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan kepadanya, sedikit maupun banyak.

Tidak heran jika kita mendapati orang-orang yang bersabar mampu menjalani ujian betapapun beratnya. Demikian pula, orang yang selalu bersyukur akan senantiasa merasa cukup dengan nikmat yang diberikan kepadanya, meskipun jumlahnya sedikit dalam pandangan orang lain.

Pengertian Sabar dan Syukur

Sebelum membahas tentang dalil-dalil keutamaan bersabar dan bersyukur, tentu kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian dari sabar dan syukur itu sendiri.

Tentu hal yang kurang tepat jika kita terlanjur membahas panjang lebar tentang sesuatu, tapi hakikat yang sebenarnya dari sesuatu tersebut belum kita ketahui. Nah, demikian halnya dengan syukur dan sabar.

A. Pengertian Sabar

Secara bahasa, sabar bermakna menahan diri. Adapun secara istilah, Asy-Syaikh Al-Utsaimin Rahimahullah berkata bahwa sabar adalah :

حبس النفس على أمور ثلاثة :  الأول: على طاعة الله. الثاني: عن محارم الله. الثالث: على أقدار الله المؤلمة

“Menahan diri dari tiga perkara, yaitu menahan diri untuk senantiasa di atas ketaatan kepada Allah, menahan diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, dan menahan diri dari berkeluh kesah atas takdir Allah. (Lihat : rb.gy/az8kk4). 

Berdasarkan pengertian di atas, diketahui bahwa kesabaran itu mencakup tiga perkara, yaitu :

1. Sabar dalam Melakukan Ketaatan

Perlu diketahui bahwa melakukan ketaatan bukanlah perkara yang mudah. Pasalnya, iblis dan bala tentaranya akan selalu berupaya untuk memalingkan seorang hamba dari melakukan ketaatan. Terlebih lagi, jiwa manusia memang memiliki ‘an-nafs al-ammarah bis-suu (jiwa yang memerintahkan kepada kejelekan)’.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran :

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.” (Surah Yusuf : 53).

Oleh karena itu, seorang hamba tidak akan mungkin mampu istiqomah di atas ibadah dan ketaatan kepada Allah, kecuali dia bersabar dalam mengendalikan dirinya dalam hal tersebut, serta menepis dan berpaling dari hal-hal yang bisa memalingkannya dari ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala.

2. Sabar dari Menjauhi Hal-hal yang Diharamkan

Di dalam diri manusia terdapat jiwa yang selalu mengajak kepada kejelekan. Oleh karena itu, hal-hal yang diharamkan terasa nikmat dan terlihat indah. Terlebih lagi Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam telah menyebutkan dalam sebagian hadits bahwa neraka dipagari dengan hal-hal yang disukai oleh syahwat manusia.

Ditambah lagi dengan godaan dan tipu daya setan yang tanpa henti. Semua perkara tersebut menjadi pendorong yang sangat besar untuk melakukan dosa dan maksiat. Oleh karena itu, seorang hamba tidak akan mampu bertahan dari menjauhi hal-hal yang diharamkan dan dilarang, kecuali jika dia bersabar.

3. Sabar dalam Menghadapi Takdir Allah

Setiap hamba Allah tidak akan bisa lepas dari takdir dan ketentuan Allah Ta’ala. Tidak selamanya takdir tersebut terasa indah dan manis. Terkadang, seorang hamba akan ditimpa takdir dan ketentuan Allah yang terasa berat dan tidak disukai oleh jiwa.

Seorang hamba tidak akan mungkin bisa menghadapi berbagai ketentuan tersebut kecuali dengan bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah Azza Wajalla. Ketika hamba mampu bersabar, ujuan dan cobaan yang menimpanya akan terasa ringan.

Selain itu, ujian dan cobaan yang menimpa seorang hamba merupakan ujian kejujuran imannya, di samping tentunya akan mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda atas kesabaran tersebut. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran :

ألم * أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ * وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“(1)Alif laam miim. (2) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. (3) Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Surah Al-Ankabut : 1-2).

B. Pengertian Syukur

Secara bahasa, syukur bermakna mengakui perbuatan baik. Adapun secara istilah, Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata :

الشكر ظهور أثر نعمة الله على لسان عبده: ثناء واعترافا، وعلى قلبه شهودا ومحبة، وعلى جوارحه انقيادا وطاعة

“Syukur adalah nampaknya jejak nikmat Allah melalui lisan hamba-Nya dalam bentuk pujian dan pengakuan, melalui hati hamba-Nya dalam bentuk persaksian dan cinta, serta melalui anggota tubuh hamba-Nya dalam bentuk ketundukan dan ketaatan.” (Kitab Madarius Salikin karya Al-Imam Ibnul Qayyim [2/244]).

Berdasarkan pengertian di atas, diketahui bahwa kesabaran tidak akan terwujud kecuali dengan tiga perkara, yaitu :

1. Pujian dan Pengakuan

Seorang hamba yang bersyukur akan senantiasa memuji Allah melalui lisannya atas nikmat yang ada padanya. Selain itu, lisannya akan mengakui bahwa nikmat yang ada padanya semata-mata datangnya dari Allah Azza Wajalla.

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

“…Dan nikmat apa saja yang ada pada kalian, maka itu semata-mata dari Allah…” (Surah An-Nahl : 53).

2. Persaksian dan Cinta

Seorang hamba tidak akan mungkin bisa mewujudkan kesyukuran atas nikmat yang diberikan kepadanya, kecuali jika dia mengakui dan mempersaksikan bahwa nikmat yang ada pada dirinya dan selainnya, semua semata-mata datang dari Allah Ta’ala.

Selain itu, nikmat yang diberikan kepadanya akan semakin menambah rasa cintanya kepada Dzat yang memberikan nikmat, yaitu Allah Ta’ala. Sehingga, semakin bertambah nikmat yang ada padanya, maka akan semakin bertambah pula rasa cintanya kepada Allah Azza Wajalla.

3. Ketundukan dan Ketaatan

Kebenaran rasa syukur seorang hamba tidak akan terwujud kecuali dia menggunakan berbagai nikmat yang diberikan kepadanya untuk tunduk dan taat kepada Dzat yang memberikan nikmat, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Karena itulah, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam merupakan hamba Allah yang paling mewujudkan rasa syukur atas nikmat demi nikmat yang diberikan kepadanya. Hal tersebut nampak dalam hadits berikut ini :

عن أم المؤمنين عائشة رضي الله عنها: أن نبي الله صلى الله عليه وسلم كان يقوم من الليل حتى تتفطر قدماه، فقالت عائشة: لمَ تصنع هذا يا رسول الله وقد غفر الله لك ما تقدم من ذنبك وما تأخر؟! قال: أفلا أحب أن أكون عبدًا شكورًا

“Dari Ummul Mu’minin Aisyah Radhiallahu Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bangun melakukan sholat malam hingga kaki beliau menjadi pecah-pecah. Maka Aisyah berkata ‘Mengapa Anda melakukan hal ini wahai Rasulullah? Sungguh Allah telah mengampuni  dosa-dosa Anda yang telah lalu dan akan datang! Beliau menjawab ‘Tidakkah saya cinta menjadi hamba yang bersyukur?’.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari [4836] dan Muslim [2819]).

Berdasarkan keterangan dalam hadits tersebut, Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam melakukan sholat malam yang luar biasa panjang sehingga kaki beliau menjadi letih dan pecah-pecah. Semua itu beliau lakukan dalam rangka mewujudkan rasa syukur kepada Allah Ta’ala.

Dalil-dalil Keutamaan Bersabar dan Bersyukur Dalam Islam 

Bersabar dan bersyukur memiliki keutamaan yang besar di dalam islam. Oleh karena itu, sepantasnya setiap hamba-hamba Allah bersifat dengan sifat-sifat tersebut. Untuk keutamaan masing-masing, di bawah ini akan disebutkan secara rinci.

A. Dalil-dalil Keutamaan Bersabar

1. Meraih Cinta Allah

Salah satu keutamaan yang didapatkan ketika bersabar adalah meraih cinta Allah Azza Wajalla. Hal ini menunjukkan besarnya keutamaan dari sifat sabar.

Tentunya, setiap hamba tentu ingin meraih cinta dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan hal tersebut bisa didapatkan dengan mewujudkan kesabaran. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala :

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

“…Dan Allah mencintai orang-orang yang bersabar.” (Surah Ali-Imran : 106).

2. Allah Senantiasa Bersama Orang-orang yang Sabar

Ketika seorang hamba senantiasa berpegang teguh dengan kesabaran, niscaya Allah Ta’ala akan senantiasa bersama dengan hamba tersebut. Allah akan menolongnya, membelanya, dan memberikan kekuatan untuknya dalam segala urusan. Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Surah Al-Baqarah : 153).

3. Mendapatkan Ganjaran yang Tiada Terhingga

Karena beratnya sabar, Allah Azza Wajalla memberikan keutamaan yang begitu besar bagi orang-orang yang sabar. Di antaranya adalah Allah memberikan ganjaran yang sangat besar dan tiada terhingga. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala :

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang diberikan gajaran mereka dengan tiada terhingga.” (Surah Az-Zumar : 10).

4. Mendapatkan Pengampunan Dosa, Pahala yang Besar, serta Surga

Allah Ta’ala berfirman :

إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ

“…kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu mendapatkan ampunan dan pahala yang besar.” (Surah  Hud : 11).

Allah Ta’ala berfirman :

وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَؤُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ * جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا

“Dan orang-orang yang sabar Karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), yaitu surga yang akan mereka memasukinya…” (Surah Ar-Ra-du : 22-23).

B. Dalil-dalil Keutamaan Bersyukur

1. Mendapatkan Ridha Allah

Setiap hamba tentu mengharapkan ridha dari Allah Ta’ala. Untuk itu, seorang hamba dituntut untuk melakukan amalan-amalan sholeh sepanjang kehidupannya. Di antara amalan tersebut adalah syukur. Allah Ta’ala berfirman :

وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ

“…dan jika kamu bersyukur, niscaya dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu…” (Surah Az-Zumar : 7).

2. Mendapatkan Jaminan Keamanan dari Adzab

Setiap hamba Allah tentu merasa takut dari datangnya adzab Allah dan menimpa dirinya. Oleh karena itu, dia berupaya semaksimal mungkin untuk menjauhkan dirinya dari berbagai penyebab datangnya adzab tersebut.

Salah satu sebab seorang hamba dijauhkan dari adzab Allah adalah dengan senantiasa bersyukur. Dalil hal ini adalah firman Allah Azza Wajalla :

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ

“Tidaklah Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman” (Surah An-Nisa : 147).

Qotadah Rahimahullah berkata :

إن الله جل ثناؤه لا يعذِّب شاكرًا ولا مؤمنًا

“Sesungguhnya Allah Jalla Tsanauhu tidak akan menyiksa orang yang bersyukur dan beriman.” (Tafsir Ath-Thobari [9/342]).

3. Mendapatkan Tambahan Nikmat

Jika seorang hamba bersyukur kepada Allah Ta’ala, niscaya Allah Ta’ala akan menambahkan nikmat bagi hamba yang bersyukur tersebut. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu..” (Surah Ibrahim : 7).

Demikianlah penjelasan mengenai keutamaan bersabar dan bersyukur. Tentu saja keutamaan-keutamaan di atas bukanlah pembatasan. Sebab, masih banyak lagi keutamaan lainnya yang tidak sempat disebutkan beserta dalil-dalil dari Al-Quran dan Sunnah.